Aku pikir ini film membahas adegan pembunuhan ternyata ada maksud lain tentang sejarah gimana diplomat Korea Utara maupun Selatan memperebutkan suara Somalia untuk menjadi keanggotaan PBB. Nah ternyata para dubes tsb terjebak dalam situasi politik pemberontakan yang mengancam keselamatan mereka. Jadinya awalnya mereka lawan menjadi kawan supaya keluar dari ibukota Somalia. Makanya judulnya Escape from Mogadishu. 
Nonton ini tuh membuat yang nonton jadi tegang, terharu, sedihnya ada, kesal iya. Pokoknya nano nano gitu. Film yang mengajarkan banyak sekali moral value. Bahwa ya namanya dunia kedutaan bukanlah prestige semata tapi ada amanah dari negara sebagai hubungan diplomatik. Kemudian jangan percaya media yang bikin memperkeruh politik. Jangan percaya siapapun sekalipun sudah lama bekerja bisa saja itu pengkhianat. Hubungan diplomatik itu penting ya jika suatu negara dalam kondisi terjepit. Andai Indonesia juga punya film yang membahas diplomatik era awal- awal Indonesia merdeka. Sepertinya tak kalah menarik ceritanya. Kan banyak di era Sukarno, diplomat Indonesia jago dan punya nama besar. Seperti Sutan Syahrir. 
Memang Korea jagonya bikin karya mendramitisir. Bener- bener ceritanya sangat dramatis. Tahu gitu cerita yang penting untuk ditampilkan dari detail budaya sholat berjamaah kala azan berkumandang. Jadinya saat keluar lagi azan langsung ngegas naik mobil untuk menuju Kedubes Italia agar mendapat pertolongan. Kan masyarakat Somalia taat beribadah. Ciri khas ibu dubes dimana- mana karakternya mengayomi entah itu lawan maupun pengkhianat yang tak lain sopirnya. 
Disini Jo In Sung bersinar banget. Selain visual ganteng yang mencuri perhatian di antara para aktor tapi juga kemampuan aktingnya yang sudah berkembang banyak. Tak melulu jadi bad boy tapi Intel Korsel yang bertugas sebagai konselor di Somalia. Dari gayanya sok berkuasa padahal yang punya wewenang dubes Korsel. Tapi dia juga yang banyak inisiatif dalam misi penyelamatan. 

Menurut aku semua peran pendukung di film ini memiliki karakter yang kuat. Jadi bukan hanya tempelan semuanya memiliki story line. Kekurangannya menggunggulkan Korsel. Pengen deh Korsel dicitrakan jelek. Abisnya jika drakor nyinggung Indonesia citranya pasti buangan buronan, trus terorislah, pokoknya dicap buruk. 

Mengenai keseluruhan film ini 8/10. Berharap Indonesia punya film berkualitas seperti Korsel. Setelah nonton House of Gucci lalu nonton ini, jadi tahu ya kualitas cerita seperti apa yang bagus atau tidak. Keranjingan nonton karya Korea baik itu drakor, film maupun variety show membuat standar tontonan naik deh. Jadi ada pembanding.