Kenapa kecewa karena ceritanya terlalu mendramatisir banget. Vol I ini memang membahas Hamka versi kemerdekaan. Pergerakan beliau yang melawan kolonial hingga drama- dramanya. Nah drama- dramanya itu lho sangat mendramatisir banget. Baru 10 menit pertama bahas tawaran poligami meski ditolak halus. Trus kematian putranya yang mana Buya Hamka tak bisa menemani kala dirinya mendapat tawaran kepala redaksi koran pedoman masyarakat. Trus Ayahnya yang meninggal kala Buya Hamka dituduh pengkhianat atas melawan kolonial jepang karena terlihat kerjasama. 
Mungkin ini lebaran pertama tanpa ibu dan belum 100 hari kepergian ibuku. Makanya males scene mati mati gitu. 


Fun Fact mengenai Buya Hamka
1. Dia memang terlahir dari keluarga previllage. Ayahnya saja ulama besar di Sumbar dan punya sekolah Muhammadiyah. 
2. Istrinya Raham juga intelektual secara di era 1900 awal bisa baca tulis sudah dianggap pinter. Notabene banyak buta huruf
3. Khas Minang banget dilihat tutur kata bahasa Minang zaman dulu. Bukan bahasa Minang sehari hari kek sekarang. Tertolong subtitle
4. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck ini diambil dari kisah nyata kulsum si gadis kerudung merah saat naik kapal. Nah mengenai asal usul tsb dijelasin di vol 2
5. Kenapa beliau suka menulis gegara pengaruh HOS. Cokroaminoto yang mempengaruhinya
6. Ternyata nama adalah doa memang benar. Hamka singkatan Haji Abdul Malik Karim Amrullah ya berharap bisa ke Mekkah ( bakalan ada kisah Hamka di Mekkah di vol 2 ) 
7. Memang ya jika keluar negeri, wawasan bertambah luas. Sudah banyak contohnya salah satunya Hamka. Jadi ingin belajar bahasa di luar negeri. Meski scene Hamka ke Mekkah di vol 2, tapi setidaknya ada bukti jika keluar negeri memang bikin kita banyak knowledge
8. Vol 3 membahas Buya Hamka sewaktu kecil apalagi soal parenting. Ya zaman dulu gaya parenting keras bahkan mukul apalagi jika anak lelaki. Nah Buya Hamka di vol 1 digambarkan sosok ayah penyayang dan disiplin
9. Memang ya untuk bisa selamat kudu ahli strategi.Saat kolonial Jepang masuk, Buya Hamka melakukan perjanjian demi membebaskan guru dan ulama se- sumatera sayangnya mengorbankan idealisme agama Islam dan dianggap pengkhianat. Ya main politik kalau disini



Positifnya gegara nonton Buya Hamka, aku jadi mau nulis lagi setelah sekian bulan. Trus yang aku sesalkan kenapa vol 3 bahas Buya Hamka sewaktu kecil kenapa ga bahas beliau saat sukses jadi pegawai menteri agama atau ketua MUI. Pokoknya prestasi beliau. Meski aku tidak menikmati kejayaan beliau karena belum lahir, tapi aku punya bukunya yang berjudul Ayah. Perspektif Buya Hamka dari putranya. 
Trus nonton ini ada juga istrinya Raham jual perhiasan demi kehidupan keluarganya tanpa sepengetahuan Buya Hamka. Buya Hamka saja nolak duit dari jemaah ikhlas dakwah meski ditegur Ama kawannya tuk ingat istri anak. Itupun kudu barter bukunya demi ego gak mau dikasihani. Pokoknya investasi emas fisik kek perhiasan lebih aman sepertinya. 

Banyak sih hikmah dan pelajaran yang diambil. Tapi ya pembagian Buya Hamka terbagi vol I, II, dan III itu setuju. Kerena tak mudah kisah hidup puluhan tahun dirangkum 7 jam. Film Cokroaminoto saja hampir 4 jam. Aku nonton dari beres Magrib eh keluar sudah mau tengah malam sampai keluar mall ditemani satpam biar ga kesasar.