Skip to main content

Mengupas Film 'The Intern' (2015): Apakah Masih Relevan di Era Sekarang?

Review Film 'The Intern' (2015) di Netflix: Apakah Masih Relevan?


Film 'The Intern' yang dirilis pada tahun 2015 dan kini tersedia di Netflix, sempat menjadi perbincangan hangat. Kini, saya baru saja menontonnya dan merasa ada beberapa hal yang terasa kurang masuk akal jika diterapkan di Indonesia. Berikut pandangan saya:

Hal yang Kurang Masuk Akal


1. Kesempatan Kerja untuk Lansia
Di Indonesia, jarang sekali ada perusahaan yang menyediakan program magang untuk mereka yang berusia 65 tahun ke atas seperti karakter Ben Whittaker (diperankan oleh Robert De Niro). Budaya di sini lebih cenderung memberi ruang kepada generasi muda.


2. Budaya Kerja yang Terlalu Ideal
Di film ini, karyawan muda mendukung karyawan senior, dan yang senior juga tahu diri tanpa mengganggu. Sayangnya, di banyak kantor di Indonesia, seringkali ada drama seperti politik kantor, cari muka, atau bahkan pengkhianatan yang menghambat terciptanya lingkungan kerja seharmonis itu.


3. Ending yang Kurang Memuaskan
Saya merasa kurang setuju dengan akhir cerita di mana Jules Ostin (diperankan oleh Anne Hathaway) memaafkan perselingkuhan suaminya. Ini terasa kurang realistis dan memberi pesan yang membingungkan.



Pesan Moral yang Dapat Diambil


Meski ada beberapa hal yang terasa kurang realistis, ada juga pesan moral yang dapat diambil dari film ini:

1. Pentingnya Konsistensi dalam Karier
Ben bekerja di percetakan buku telepon selama bertahun-tahun hingga pensiun. Meski gedung tempatnya bekerja berubah menjadi perusahaan fashion, ia tetap setia bekerja. Ini mengajarkan kita bahwa yang penting bukan pekerjaan glamor, melainkan ketekunan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup.


2. Kemandirian Finansial
Ben yang sudah berusia 70 tahun tetap bersemangat bekerja karena tidak ingin bergantung pada anaknya yang sudah berkeluarga. Ini adalah pengingat bahwa kemandirian adalah kunci, berapapun usia kita.

3. Istri Pasti Tahu
Meski Jules dan suaminya tampak memiliki pernikahan yang baik-baik saja, sang istri tetap mengetahui perselingkuhan suaminya. Ini menunjukkan bahwa dalam pernikahan, selalu ada rasa kepekaan terhadap pasangan.


4. Beratnya Tanggung Jawab Seorang CEO
Sebagai seorang wanita karir, Jules menghadapi kesulitan dalam menyeimbangkan pekerjaannya dengan kehidupan pribadinya. Tanggung jawab besar yang diembannya membuatnya sulit hadir dalam momen-momen penting di kehidupan anaknya, seperti kegiatan sekolah. Ini menunjukkan realita sulitnya menjadi seorang wanita karir dengan posisi tinggi.


5. Etos Kerja di Usia Senja
Meski Ben tidak menguasai teknologi sebaik anak muda, kebijaksanaannya dalam menghadapi krisis dan pengalaman panjangnya sangat berharga. Film ini memberikan penghargaan terhadap etos kerja meski di usia tua.



Kesimpulan

Film 'The Intern' memberikan banyak pelajaran hidup tentang kerja keras, kemandirian, dan pentingnya pengalaman. Namun, ada beberapa bagian yang sulit diterapkan di konteks budaya kerja Indonesia. Terlepas dari itu, film ini tetap memberikan inspirasi terutama dalam hal bagaimana kita memandang kerja keras dan kemandirian di usia lanjut.

Comments