Kupas Tuntas! 11 Fakta Mengejutkan Ariel Tatum di Podcast Denny Sumargo yang Bikin Kamu Tercengang
Siapa yang nggak kenal Ariel Tatum? Aktris cantik dengan sejuta talenta ini selalu berhasil mencuri perhatian. Tapi, di balik pesonanya di layar kaca, ada banyak sisi lain dari seorang Ariel yang jarang terekspos. Nah, baru-baru ini, Ariel Tatum döduk bareng Denny Sumargo di podcast-nya dan blak-blakan soal banyak hal!
Mulai dari perjuangan kesehatan mental, pandangannya soal childfree, hingga kriteria pasangan idaman, semuanya dikupas tuntas. Siap-siap kaget, ini dia 11 fakta mendalam dari obrolan mereka yang wajib kamu tahu!
1. Ternyata, "Tatum" Bukan Nama Aslinya! Ini Asal-usul Nama Panggungnya
Fakta pertama yang mungkin bikin kamu kaget adalah nama "Ariel Tatum" ternyata sebuah nama panggung. Nama asli aktris kelahiran 8 November 1996 ini adalah Ariel Dewinta Ayu Sekarini. Lalu, dari mana nama "Tatum" berasal? Ternyata, "Tatum" adalah nama sang mama.
Nama panggung itu diberikan oleh sutradara film pertamanya, Mas Hari Suhariadi, saat Ariel masih berusia 8 tahun. Tiba-tiba saja di poster drama musikal anak-anak yang ia bintangi, namanya diubah menjadi Ariel Tatum. Sejak saat itu, nama tersebut melekat dan membawanya ke puncak popularitas di dunia hiburan yang ia masuki karena keinginannya sendiri sejak kecil.
2. Masa Remaja Kelam: Jadi Korban Bully Fanatik Gara-gara Pacaran sama Stefan William
Perjalanan karier Ariel tidak selamanya mulus. Ia mengaku pernah mengalami perundungan parah saat berusia 15 tahun. Momen itu terjadi ketika ia menjalin hubungan dengan pacar pertamanya, yang saat itu merupakan idola remaja yang sedang naik daun berkat sinetronnya yang sangat populer. Cowok yang dimaksud adalah Stefan William, yang kala itu tengah digandrungi berkat sinetron Arti Sahabat.
Para penggemar fanatik Stefan William tidak terima Ariel menjadi kekasih sang idola. Mereka sangat gencar "menjodohkan" Stefan dengan lawan mainnya di sinetron, Yuki Kato, sehingga keberadaan Ariel sebagai pacar resmi justru menuai kebencian. Ariel mengaku itu adalah kasus perundungan pertama dan terparah yang pernah ia alami dalam hidupnya.
3. Di Balik Kontroversi Film "Business Proposal": Sempat Ragu Perankan Karakter Sari
Saat menerima tawaran untuk film adaptasi Webtoon Korea, Business Proposal, Ariel menghadapi pro dan kontra dari netizen. Banyak yang membanding-bandingkan versi Indonesia dengan versi Korea, terutama soal chemistry dan perbedaan usia (age gap) antara Ariel dan lawan mainnya, Abidzar. Namun, keraguan Ariel untuk mengambil peran ini ternyata bukan karena tekanan netizen.
Ariel justru ragu karena tidak yakin apakah ia bisa benar-benar "menghidupkan" karakter Shin Ha-ri (Sari). Ia selalu berusaha mencari koneksi dan titik tengah dengan karakter yang ia mainkan, dan pada awalnya, ia tidak merasakannya pada karakter Sari. Namun, setelah diskusi panjang dan mendalami Webtoon serta serialnya, ia melihat ini sebagai tantangan yang menarik dan akhirnya menemukan banyak kemiripan, salah satunya adalah gairah yang sama dalam hal memasak.
4. Perjuangan Melawan 'Monster': Pengakuan Jujur Mengidap Borderline Personality Disorder (BPD)
Ini adalah salah satu pengakuan Ariel yang paling berani dan personal. Ia mengungkapkan bahwa dirinya telah berjuang dengan kesehatan mental sejak remaja dan didiagnosis mengidap Borderline Personality Disorder (BPD). BPD adalah salah satu gangguan kejiwaan yang cukup kompleks, dan proses pemulihannya membutuhkan waktu yang sangat panjang dan upaya yang konsisten.
Ariel menekankan bahwa proses pemulihan itu tidak linear; selalu ada naik, turun, bahkan kembali lagi ke titik awal. Ia mengaku sering merasa disabotase oleh dirinya sendiri dan sulit mengontrol emosinya pada saat itu. Perjuangan ini menjadi salah satu alasan mengapa ia sangat tertarik mendalami ilmu psikologi, filsafat, dan spiritualitas untuk lebih memahami dirinya.
5. Titik Balik di Usia 24: Ariel Tatum Merasa 'Terlahir Kembali'
Perjalanan panjang Ariel dalam menghadapi isu mentalnya mencapai sebuah titik balik krusial saat ia menginjak usia 24 tahun. Setelah melalui berbagai pergulatan emosi dari usia 13 hingga 24 tahun, di momen itulah ia dengan kesadaran penuh memutuskan untuk "mereset" dan mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
Ia menganggap momen itu sebagai kelahiran kembali, di mana ia mulai hidup dari nol sebagai pribadi yang benar-benar ia inginkan. Karena itu, Ariel merasa usia mentalnya yang sesungguhnya baru berjalan 3 tahun. Perubahan besar ini dipicu oleh akumulasi hal-hal kecil yang menumpuk selama bertahun-tahun hingga akhirnya "meledak" dan memberinya kekuatan untuk mengambil alih kendali hidupnya.
6. Pandangan Soal Childfree yang Bikin Heboh: Bukan Egois, Ini Alasan Mulianya
Ariel pernah menjadi sorotan karena pernyataannya yang mempertimbangkan untuk childfree. Di podcast ini, ia menjelaskan lebih dalam alasan di balik pandangannya yang sangat personal itu. Pertama, dengan riwayat perjuangan mentalnya, ia tidak yakin apakah siap menghadapi perubahan hormon drastis saat hamil dan melahirkan.
Kedua, ia belum menemukan pasangan hidup yang tepat untuk bersama-sama membesarkan anak dengan nilai-nilai yang sejalan. Alasan ketiga adalah yang paling menyentuh; Ariel memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap hak-hak anak di Indonesia, terutama anak-anak jalanan. Menurutnya, akan lebih ideal baginya untuk mengadopsi atau membantu merawat anak-anak yang sudah ada di dunia namun tidak mendapatkan hak dan kesempatan yang layak, daripada memaksakan diri memiliki anak biologis.
7. Bukan Sekadar Tampan, Ini Kriteria Cowok "Pintar" Versi Ariel Tatum
Ketika ditanya soal pasangan idaman, Ariel dengan tegas menjawab: "harus pintar." Tapi, pintar versinya bukan sekadar wawasan luas atau gelar akademis. Bagi Ariel, definisi "pintar" yang paling penting adalah kecerdasan emosional.
Ia mendambakan pria yang bisa berempati, mampu mengomunikasikan perasaannya dengan jelas, dan menjadi pendengar yang baik. Selain itu, kemampuan untuk berargumentasi secara sehat dan berkompromi juga menjadi nilai plus yang sangat penting. Baginya, kecerdasan sebagai seorang individu yang utuh inilah yang benar-benar langka dan ia cari.
8. Totalitas Tanpa Batas: Belajar Naik Motor Sehari Demi Peran!
Untuk perannya sebagai Sari di Business Proposal yang mengharuskannya mengendarai motor, Ariel menunjukkan totalitasnya yang luar biasa. Percaya atau tidak, ia baru belajar naik motor matic satu hari sebelum syuting! Ia fokus belajar cara mengerem dan turun dari motor agar terlihat natural di depan kamera.
Tantangannya tidak mudah, bahkan ia sempat terjatuh saat pengambilan gambar pertama. Kuncinya, kata Ariel, adalah membuat bahu tetap rileks agar tidak terlihat kaku, sesuatu yang sulit baginya yang terbiasa duduk tegak karena les piano klasik. Usahanya terbayar, dan ia berhasil menyajikan akting yang meyakinkan.
9. Pernah Cinlok Sampai Terjebak Toxic Relationship
Dunia hiburan memang rentan dengan cinta lokasi alias cinlok. Ariel mengaku pernah mengalaminya sekali seumur hidup, meski awalnya tak menyangka akan terjadi padanya. Selain itu, ia juga jujur pernah mengalami toxic relationship, terutama di masa lalu saat kondisi mentalnya masih sangat tidak stabil.
Ariel percaya bahwa kita menarik energi yang serupa dengan diri kita. Ia menyadari bahwa ketoksikan dalam sebuah hubungan datang dari kedua belah pihak. Ia merasa, saat itu dirinya juga memiliki sisi "toksik" yang membuatnya bertahan dalam hubungan yang tidak sehat, dan kini ia memahami pentingnya kesadaran diri untuk keluar dari siklus tersebut.
10. Introvert Akut & Pecinta Psikologi: Sisi Lain Ariel Tatum yang Jarang Terekspos
Di balik citranya sebagai figur publik, Ariel adalah seorang introvert akut. Pekerjaannya yang menuntut interaksi dengan banyak orang benar-benar menguras energinya. Untuk itu, ia belajar memformulasikan cara me-recharge energinya, salah satunya dengan membuat batasan yang jelas tentang seberapa banyak dari dirinya yang akan ia bagikan ke publik.
Kecintaannya pada ilmu psikologi, filsafat, dan spiritualitas sangat membantunya memahami diri sendiri dan orang lain. Ia adalah pembaca buku yang lahap dan selalu haus akan pengetahuan yang bisa membuatnya berkembang sebagai manusia. Sisi deep thinker-nya inilah yang membentuknya menjadi pribadi yang sangat sadar diri dan artikulatif.
11. Aktif Kampanyekan Kesehatan Mental: "Let's End the Shame"
Dengan semua yang telah ia lalui, Ariel merasa terpanggil untuk membantu orang lain. Sejak Oktober 2019, ia aktif mengampanyekan pentingnya menjaga kesehatan mental. Ia memulai gerakan ini dengan tagar #LetsEndTheShame, karena ia melihat isu kesehatan mental di Indonesia masih dianggap tabu.
Ariel berpesan kepada siapa pun yang merasa sedih, stres, atau tidak nyaman untuk tidak pernah merasa malu mencari bantuan profesional. Baginya, kesadaran diri adalah langkah pertama dan utama untuk menjadi versi diri yang lebih baik. Ia juga menekankan bahwa kita tidak bisa bergantung pada orang lain untuk menyelamatkan kita; bantuan terbesar harus datang dari keinginan diri sendiri untuk pulih.
Comments
Post a Comment